Manajemen Risiko

Dalam kehidupannya, manusia akan selalu mengahadapi resiko atas suatu tindakan yang diambilnya. Resiko memiliki keterkaitan dengan pengambilan keputusan. Dalam mengambil suatu keputusan, seseorang pasti terlebih dahulu memikirkan resiko apa yang mungkin dialaminya jika ia melakukan suatu tindakan. Apa itu resiko? Kata ini tentu sudah tidak asing lagi bagi kita.


Dari buku Introduction to Insurance (Study Course 010 The CII Tuition Service) tulisan Gordon CA Dickson M.Litt. Ph D. FCII; banyak sekali pengertian definitive yang dapat diuraikan mengenai Risiko.

1.   Risiko adalah ketidak pastian akan terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian ekonomis.

2.   Risiko adalah sesuatu yang tidak bisa diprediksi, dimana kadangkala kenyataan yang terjadi berbeda dengan hasil – hasil prediksinya.

3.   Risiko adalah kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak menguntungkan.

4.   Risiko adalah kemungkinan kerugian (Risk is the chance of Loss).

5.   Risiko adalah kombinasi dari berbagai keadaan yang mempengaruhinya    

(Risk is the combination of hazards), dll.

Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa risiko adalah suatu keadaan yang tidak pasti. Ketidakpastian akan selalu dihadapi semua manusia dalam seluruh aktivitas kehidupannya, baik kehidupan pribadi (personal) maupun dalam organisasi. Ketidakpastian yang dominan adalah ketidakpastian akan terjadinya peristiwa dan  ketidakpastian akan dialaminya kerugian.

JENIS RESIKO

Resiko dapat dibagi menjadi 2 bentuk yaitu :

Risiko spekulatif:

Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi yang dapat memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian.Risiko spekulatif  dikenal pula dengan istilah risiko bisnis. Seseorang yang menginvestasikan dananya disuatu tempat menghadapi dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, investasinya menguntungkan. Kemungkinan kedua, investasinya malah merugikan. Risiko yang dihadapi seperti ini adalah risiko spekulatif. Contoh lainnya adalah resiko produksi (dalam perubahan harga) dan resiko moneter (kurs valuta asing), resiko kredit, dll.

Risiko murni

Risiko murni adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu contoh adalah kebakaran, apabila perusahaan menderita kebakaran,maka perusahaan tersebut akan menderita kerugian. Dengan demikian, kebakaran hanya menimbulkan kerugian, bukan menimbulkan keuntungan, kecuali ada kesengajaan untuk membakar dengan maksud-maksud tertentu. Salah satu cara menghindarkan risiko murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian besarnya kerugian dapat diminimalkan. itu sebabnya risiko murni kadang dikenal dengan istilah risiko yang dapat diasuransikan ( insurable risk ). Contoh lainnya adalah bencana alam, kecelakaan, dll.

Perbedaan utama antara risiko spekulatif dengan risiko murni adalah kemungkinan untung ada atau tidak, untuk risiko spekulatif masih terdapat kemungkinan untung sedangkan untuk risiko murni tidak dapat kemungkinan untung.


Nah, bagaimana cara menangani resiko? Untuk menangani resiko yang kemingkinan akan terjadi untuk itu diperlukan manajemen resiko. Manajemen risiko adalah tentang mempersiapkan diri sebaik mungkin terhadap kemungkinan terjadinya kejadian yang tidak diinginkan. Manajemen resiko membantu manajer untuk melihat resiko-resiko yang kritis dan besar serta mencari cara untuk mengantisipasinya.

PROSES MANAJEMEN RESIKO

Proses manajemen risiko dapat dibagi ke dalam 8 komponen (tahap) 

 

(1) Internal environment (Lingkungan internal) 

Komponen ini berkaitan dengan lingkungan dimana organisasi berada dan beroperasi. Cakupannya adalah risk-management philosophy (kultur manajemen tentang risiko), integrity (integritas), risk-perspective (perspektif terhadap risiko), risk-appetite (selera atau penerimaan terhadap risiko), ethical values (nilai moral), struktur organisasi, dan pendelegasian wewenang. 

 

(2) Objective setting (Penentuan tujuan) 

Manajemen harus menetapkan objectives (tujuan-tujuan) dari organisasi agar dapat mengidentifikasi, mengakses, dan mengelola risiko. Objective dapat diklasifikasikan menjadi strategic objective dan activity objective. Strategic objective di organisasi berhubungan dengan pencapaian dan peningkatan kinerja organisasi dalam jangka menengah dan panjang, dan merupakan implementasi dari visi dan misi organisasi tersebut. Sementara itu, activity objective dapat dipilah menjadi 3 kategori, yaitu  

(1) operations objectives; (2) reporting objectives; dan (3) compliance objectives. 

 

(3) Event identification (Identifikasi risiko) 

Komponen ini mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial baik yang terjadi di lingkungan internal maupun eksternal organisasi yang mempengaruhi strategi atau pencapaian tujuan dari organisasi. Kejadian tersebut bisa berdampak positif (opportunities), namun dapat pula sebaliknya atau negative (risks). 

 

Terdapat 4 model dalam identifikasi risiko, yaitu 


(a) Exposure analysis; (b) Environmental analysis; (c) Threat scenario; (d) Brainstorming questions. Salah satu model, yaitu exposure analysis, mencoba mengidentifikasi risiko dari sumber daya organisasi yang meliputi financial assetsphysical assets seperti tanah dan bangunan, human assets yang mencakup pengetahuan dan keahlian, dan intangible assets seperti reputasi dan penguasaan informasi. Atas setiap sumber daya yang dimiliki organisasi dilakukan penilaian risiko kehilangan dan risiko penurunan. seperti kas dan simpanan di bank, 

 

(4) Risk assessment (Penilaian risiko) 

Komponen ini menilai sejauh mana dampak dari kejadian atau keadaan dapat mengganggu pencapaian dari objectives. Besarnya dampak dapat diketahui dari inherent dan residual risk, dan dapat dianalisis dalam dua perspektif, yaitu: likelihood (kecenderungan atau peluang) dan impact/consequence (besaran dari terealisirnya risiko). Dengan demikian, besarnya risiko atas setiap kegiatan organisasi merupakan perkalian antara likelihood dan consequence. 

 

(5) Risk response (Sikap atas risiko) 

Organisasi harus menentukan sikap atas hasil penilaian risiko. Risk response dari organisasi dapat berupa: (a) avoidance, yaitu dihentikannya aktivitas atau pelayanan yang menyebabkan risiko; (b) reduction, yaitu mengambil langkah-langkah mengurangi likelihood atau impact dari risiko; (c) sharing, yaitu mengalihkan atau menanggung bersama risiko atau sebagian dari risiko dengan pihak lain; (d) acceptance, yaitu menerima risiko yang terjadi (biasanya risiko yang kecil), dan tidak ada upaya khusus yang dilakukan. 

Dalam memilih response, perlu dipertimbangkan faktor-faktor seperti pengaruh tiap response terhadap risk likelihood dan impact, response yang optimal sehingga bersinergi dengan pemenuhan risk appetite and tolerances, analis cost versus benefits, dan kemungkinan peluang (opportunities) yang dapat timbul dari setiap risk response. 

 

(6) Control activities (Aktifitas-aktifitas pengendalian) 

Komponen ini berperanan dalam penyusunan kebijakan-kebijakan  dan prosedur-prosedur untuk menjamin risk response terlaksana dengan efektif. Aktifitas pengendalian berupa: (a) pembuatan kebijakan dan prosedur; (b) pengamanan kekayaan organisasi; (c) delegasi wewenang dan pemisahan fungsi; dan (d) supervisi atasan. Aktifitas pengendalian hendaknya terintegrasi dengan manajemen risiko sehingga pengalokasian sumber daya yang dimiliki organisasi dapat menjadi optimal. 

 

(7) Information and communication (Informasi dan komunikasi) 

Fokus dari komponen ini adalah menyampaikan informasi yang relevan kepada pihak terkait melalui media komunikasi yang sesuai. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyampaiaan informasi dan komunikasi adalah kualitas informasi, arah komunikasi, dan alat komunikasi. Informasi yang disajikan tergantung dari kualitas informasi yang ingin disampaikan, dan kualitas informasi dapat dipilah menjadi: (a) appropriate; (b) timely; (c) current; (d) accurate; dan (e) accessible. Arah komunikasi dapat bersifat internal dan eksternal. Sedangkan alat komunikasi berupa diantaranya manual, memo, buletin, dan pesan-pesan melalui media elektronis. 

 

(8) Monitoring 

Monitoring dapat dilaksanakan baik secara terus menerus (ongoing) maupun terpisah (separate evaluation). Aktifitas monitoring ongoing tercermin pada aktivitas supervisi, rekonsiliasi, dan aktivitas rutin lainnya. Monitoring terpisah biasanya dilakukan untuk penugasan tertentu (kasuistis). Pada monitoring ini ditentukan scope tugas, frekuensi, proses evaluasi metodologi, dokumentasi, dan action plan. Pada proses monitoring, perlu dicermati adanya kendala seperti reporting deficiencies, yaitu pelaporan yang tidak lengkap atau bahkan berlebihan (tidak relevan). Kendala ini timbul dari berbagai faktor seperti sumber informasi, materi pelaporan, pihak yang disampaikan laporan, dan arahan bagi pelaporan.

Kita telah mempelajari manajemen resiko. Keadaan tidak terduga dapat terjadi kapan saja dan dapat menimbulkan suatu resiko. Namun bila kita telah mengantisipasinya, resiko tersebut dapat diatasi. Ingat, risiko tidak dapat dihilangkan namun dapat diantisipasi dampaknya, atau dikurangi level pengaruh negatifnya.

 


Ditulis oleh : Puspita Sari Pinem/143030005186

 


Daftar Pustaka :

http://www.darakonsultanasuransi.com/index.php/risk-management-and-risiko/48-manajemen (Diakses pada 12 Februari 2016)

https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_risiko (Diakses pada 12 Februari 2016)

http://www.definisi-pengertian.com/2015/08/pengertian-manajemen-risiko-resiko.html (Diakses pada 12 Februari 2016)

0 komentar:

Posting Komentar