Tahun 2015 sudah berlalu, tahun 2016 mulai berjalan. Ya, itu tandanya masyarakat ekonomi asean alias MEA sudah berlaku. Nah gimana dong dengan persiapan sumber daya manusia di negara kita sendiri? Mungkin tanpa kita sendiri sadari, MEA ini sudah bergerak sejak beberapa tahun belakangan. Coba kita tengok tahun tahun kemarin, banyak sekali iklan iklan wisata yang ditawarkan oleh negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan sebagainya. Mereka dengan gencar memberikan akses masuk ke negaranya dengan mudah, dengan biaya yang sangat miring utuk ukuran jalan jalan ke “luar negeri”. Saya pernah mendapati harga perjalanan dari Jakarta ke Singapura dengan kisaran -/+ 380.000an rupiah, coba dibandingkan dengan harga tiket pesawat dari Jakarta ke Bali. Hhhmm, perbedaannya membuat kita berpikir ulang untuk menikmati liburan di negara sendiri.
Negara tetangga tidak hanya menawarkan akses masuk ke negaranya dengan mudah saja, namun produk-produk mereka ternyata juga banyak menjamur di negara kita. Saya banyak menemui
produk jajanan, kosmetik, baju dan lain lain adalah impor dari luar. Harganya malah lebih murah daripada harga produk lokal. Film-film buatan mereka juga semakin digandrungi oleh masyarakat Indonesia. Padahal jika dipikir pikir, kok bisa ya mereka memproduksi barang bagus dengan harga jual di luar negaranya cukup murah?
Hal tersebut diatas mungkin bisa dikupas sedikit demi sedikit dengan ilmu manajemen, bagaimana tantangan manajemen perusahaan dilingkungan global ini, bagaimana lingkungan ekonomi, hukum-politik dan sosial-budaya turut berpengaruh terhadap kemampuan saing suatu perusahaan atau negara di era modern ini.
Membicarakan persaingan global tentu erat kaitannya dengan suatu negara, dimana negara itu merangkul banyak sekali sumber daya, baik perusahaan, alam, maupun manusianya.
Ada beberapa Faktor utama dalam lingkungan internasional yang mempengaruhi iklim usaha
- Ekonomi
- Perkembangan ekonomi; perkembangan ekonomi ini berbeda tiap-tiap negara. Sejumlah negara dapat dikategorikan sebagai negara maju ata negara berkembang. Kriteria tradisional yang digunakan untuk menggolongkan negara sebagai negara maju/ berkembang adalah pendapatan perkapita, yaitu pendapatan yang diperoleh dari memproduksi barang dan jasa suatu negara dibagi dengan jumlah penduduk. Negara-negara dikawasan Asia Tenggara termasuk dalam negara berkembang yang sedang mengarah pada pertumbuhan global.
- Infrastruktur; fasilitas fisik yang mendukung kegiatan ekonomi seperti bandara, jalan raya, fasilitas penghasil energi dll. Kadangkala infrastruktur yang tidak berkembang bisa juga menjadi peluang suatu perusahaan untuk menggiatkan usaha bisnisnya, seperti bisnis lift, mesin mesin, sistem pendingin udara. Jadi apabila ada suatu perusahaan lain dalam negeri atau bahkan luar negeri membutuhkan, dapat terpenuhi kebutuhannya.
- Kurs nilai tukar; merupakan nilai yang menjadi dasar pertukaran mata uang satu negara terhadap negara lain. Perubahan kurs ini dapat menimbulkan implikasi terhadap keuntungan operasi internasional yang mempertukarkan jutaan dolar kedalam mata uang lain setiap harinya. Sebagai contoh, dolar AS ditukarkan sebesar 13000 rupiah, jika nilai dolar meningkat nilainya menjadi 15000 rupiah, maka barang AS akan menjadi lebih mahal dijual di Indonesia sebab membutuhkan lebih banyak rupiah untuk mendapatkan suatu barang. Sebaliknya jika nilai dolar As turun, harga barang menjadi lebih murah, sehingga lebih banyak yang terjual dan mendapatkan laba.
- Pasar sumberdaya dan produk; ketika suatu perusahaan merambah keluar negara lain, maka manajer harus mengevaluasi permintaan pasar akan produk mereka. Jika permintaan tinggi, manajer dapat memilih untuk mengekspor produk mereka ke negara tersebut. Namun demikin, untuk membangun pabrik, pasar sumber daya untuk memasok bahan baku dan tenaga kerja haruslah tersedia. Yang bisa ditemui di Indonesia adalah Maskapai Penerbangan Air Asia, maskapai ini milik pengusaha Malaysia. Dengan konsep penerbangan yang low cost sehingga semua masyarakat yang kurang mampu tetap bisa naik pesawat memikat masyarakat Indonesia untuk memakai jasanya.
- Lingkungan hukum-politik
Faktor ini saya rasa yang cukup berpengaruh juga terhadap persaingan global di negara ini, contohnya adalah kerusuhan, perubahan pemerintah, kekacauan sipil, isu terorisme dan sebagainya. Hal-hal seperti ini yang seharusnya benar-benar harus ditiadakan, agar perusahaan dalam negeri yang hendak melebarkan sayapnya kedunia global tidak kesulitan untuk menarik minat investor. Bagaimanapun juga investor lebih suka menanamkan uangnya dinegara yang stabil, walaupun dalam beberapa kasus khusus ada juga yang justru peluang bisnisnya besar ditengah instabilitas seperti China.
Ada juga hukum dan regulasi pemerintah, menjadi tantangan tersendiri terlebih dinegara kita, aturannya sedikit menyulitkan para pengusaha kelas menengah. Banyak aturan yang diterapkan yang tidak disertai dengan sumber daya manusia yang bagus, kata bagus disini lebih mengarah kepada seringnya kasus suap menyuap untuk melancarkan kegiatan.
Penjelasan diatas memberikan penekanan pada semakin pentingnya perspektif internasional bagi manajemen. Perusahaan yang berhasil semakin meluaskan bisnisnya keluar negeri dan sukses dalam persaingan dengan negara asing. Bisnis dalam arena global menghadapi risiko dan kesulitan yang khusus karena kekuatan ekonomi, hukum-politik, dan sosial budaya yang sangat rumit. Selain itu lingkungan global berubah dengan sangat cepat dengan munculnya Uni Eropa, MEA, Perjanjian Perdagangan bebas Amerika utara (NAFTA). Alternatif utama lainnya untuk melayani luar negeri adalah melalui ekspor, lisensi, waralaba, dan nvestasi langsung berupa usaha patungan atau anak perusahaan yang dimiliki sendiri.
Pasar internasional memberikan banyak peluang, tinggal bagaimana cerdiknya kita sebagai pelaku dalam dunia tersebut untuk menghadapinya. Bukan tidak mungkin negara kita dengan segala potensinya mampu menguasai pasar ASEAN.
Sumber: Richard L. Daft, 2007, Management, Jakarta:Salemba Empat
disusun oleh: Titis Ratna Sari
0 komentar:
Posting Komentar